16 Februari 1999: Hari Bersejarah bagi Eks- Presiden Soeharto
Latar Belakang
Pada tanggal 16 Februari 1999, mantan Presiden Republik Indonesia, Soeharto, menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada DPR-RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia). Keputusan ini diambil setelah masa jabatan kepresidenan Soeharto yang ke-6 sejak 1988 ditandai dengan krisis politik dan ekonomi yang sangat parah di Indonesia.
Awal dari Akhir Kekuasaan Soeharto
Pada tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sangat parah, disebabkan oleh krisis moneter yang melanda Asia. Nilai rupiah mengalami penurunan drastis, dan inflasi meningkat tajam. Pemerintahan Soeharto yang saat itu berkuasa, tidak mampu mengatasi krisis tersebut, sehingga menimbulkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat.
Gelombang Demonstrasi dan Keterpurukan Soeharto
Pada tahun 1998, demonstrasi dan unjuk rasa meluas di seluruh Indonesia, menuntut Soeharto mengundurkan diri. Demonstrasi tersebut dipimpin oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, pekerja, dan aktivis politik. Kekerasan dan konflik terjadi di beberapa kota besar, seperti Jakarta dan Solo.
Pengunduran Diri Soeharto
Pada tanggal 16 Februari 1999, Soeharto akhirnya mengundurkan diri setelah menjabat sebagai Presiden Indonesia selama 32 tahun. Kepala DPR-RI, Harmoko, menerima surat pengunduran diri Soeharto dan menyatakan bahwa Soeharto secara resmi tidak lagi menjabat sebagai Presiden.
Penggantian Presiden dan Demokrasi Baru
Setelah pengunduran diri Soeharto, Wakil Presiden B.J. Habibie menggantikannya sebagai Presiden Indonesia. Periode ini menandai awal demokrasi di Indonesia, dengan pembentukan pemerintahan yang lebih demokratis dan terbuka.
Kesimpulan
Tanggal 16 Februari 1999 menjadi hari bersejarah bagi eks-Presiden Soeharto dan bagi Indonesia. Pengunduran diri Soeharto menandai akhir dari kekuasaan otoriter dan awal dari demokrasi baru di Indonesia.