12 April 1982: Hari yang Bersejarah
Perang Falkland
Pada 12 April 1982, konflik berdarah yang dikenal sebagai Perang Falkland secara resmi dimulai. Perang ini adalah konflik antara Argentina dan Britania Raya atas kepemilikan Kepulauan Falkland, sebuah wilayah yang terletak di Samudera Atlantik Selatan.
Invasi Argentina
Pada 2 April 1982, pasukan Argentina mencapai Kepulauan Falkland dan menguasai ibu kota Stanley. Argentina mengklaim bahwa Kepulauan Falkland adalah bagian dari wilayah mereka dan mengubah nama wilayah tersebut menjadi Islas Malvinas.
Reaksi Britania Raya
Britania Raya, yang mengklaim Kepulauan Falkland sebagai bagian dari wilayah mereka, tidak mau menerima keputusan Argentina. Pemerintah Britania Raya, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Margaret Thatcher, memutuskan untuk melakukan intervensi militer untuk mengusir pasukan Argentina dari Kepulauan Falkland.
Operasi Corporate
Pada 12 April 1982, Britania Raya melancarkan Operasi Corporate, sebuah operasi militer besar-besaran untuk merebut kembali Kepulauan Falkland. Operasi ini melibatkan lebih dari 100 kapal perang, 38 kapal selam, dan 28.000 prajurit.
Konflik yang Berdarah
Perang Falkland berlangsung selama 74 hari, dari 2 April hingga 14 Juni 1982. Konflik ini menewaskan lebih dari 900 orang, baik dari pasukan Argentina maupun Britania Raya.
Pengaruh Politik
Perang Falkland memiliki pengaruh politik yang signifikan. Perang ini memperkuat posisi Perdana Menteri Margaret Thatcher dan membantu meningkatkan popularitasnya di Britania Raya. Di Argentina, perang ini memperlemah posisi Presiden Leopoldo Galtieri dan mengakibatkan kemerosotan ekonomi.
Kesepakatan Perdamaian
Pada 14 Juni 1982, Argentina menyerah dan Britania Raya berhasil merebut kembali Kepulauan Falkland. Pada tahun 1989, Britania Raya dan Argentina menandatangani Kesepakatan Perdamaian yang menjamin status quo Kepulauan Falkland sebagai bagian dari Britania Raya.
Warisan Sejarah
Perang Falkland meninggalkan warisan sejarah yang penting. Perang ini menunjukkan pentingnya keberanian dan kesadaran patriotisme, serta mengingatkan kita akan konsekuensi konflik yang berdarah.