11 September 1989: Hari Kebebasan bagi Warga Hong Kong
Latar Belakang
Pada tahun 1989, Hong Kong masih berstatus sebagai koloni Inggris. Kemudian, pada tahun 1984, Inggris dan China menandatangani Perjanjian Sino-British, yang mengatur bahwa Hong Kong akan diserahkan kembali kepada China pada tahun 1997. Namun, warga Hong Kong khawatir tentang masa depan mereka dan mencari jalan untuk memperjuangkan hak-hak demokrasi dan kebebasan.
Gerakan Pro-Demokrasi
Pada tanggal 11 September 1989, ribuan warga Hong Kong berkumpul di Lapangan Victoria untuk mendukung gerakan pro-demokrasi di Beijing. Mereka memprotes kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah China pada protes damai di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989. Demonstrasi ini juga menuntut pemerintah Hong Kong untuk memperjuangkan hak-hak demokrasi dan kebebasan.
Tokoh dan Kelompok
Beberapa tokoh dan kelompok memegang peran penting dalam demonstrasi ini. Di antaranya adalah Martin Lee, seorang politikus dan demokratis yang kemudian menjadi salah satu pendiri Partai Demokratik Hong Kong. Kelompok lainnya adalah Kelompok Tindakan Demokrasi Hong Kong, yang didirikan oleh aktivis demokrasi dan mahasiswa.
Konsekuensi
Demonstrasi pada 11 September 1989 memiliki konsekuensi yang signifikan. Pemerintah Hong Kong akhirnya menyetujui reformasi demokrasi dan memberikan hak pilih kepada warga Hong Kong dalam pemilihan LegCo pada tahun 1991. Namun, pemerintah China tetap mempertahankan kekuasaannya atas Hong Kong dan menolak memberikan hak-hak demokrasi yang lebih luas.
Warisan
Hari 11 September 1989 diingat sebagai hari kebebasan bagi warga Hong Kong. Demonstrasi ini menunjukkan kemampuan warga Hong Kong untuk bersatu dan memperjuangkan hak-hak demokrasi dan kebebasan. Meskipun masih banyak tantangan yang dihadapi, perjuangan ini terus dilakukan oleh warga Hong Kong hingga hari ini.